College Talk : Pengabdian Pada Masyarakat
14.52penari-penari lucu |
Assalamualaikum,
Nulis lagi college talk karena kemarin abis
PPM. Ingin segera nulis, soalnya kalau dientar-entar lupa.
Ini PPM pertama buat aku karena tahun
kemarin aku nggak ikut. Selain karena aku ingin ngerasain PPM sekaligus latihan
buat KKN nanti, aku juga ingin lari dari kenyataan T_T. Jujur agak malu sih
sama motif aku ikut PPM, ketika orang lain ingin ngubah sesuatu atau ingin jadi
pribadi yang lebih baik, motivasi aku nggak lebih dari sekedar penasaran dan
ingin kabur dari permasalahan pribadi.
Aku tau kalau itu sangat-tidak-mahasiswa.
Namun sepertinya setelah dipikir lagi itu lebih baik dari pada aku pura-pura ingin
baik untuk orang lain. Kadang yang harus kita sadar, kita juga boleh memikirkan
diri sendiri sekali-kali. Ya, asal nggak ngerugiin orang lain juga. Dan aku
pikir motif aku ini tidak bikin rugi siapa-siapa kecuali aku sendiri karena aku
masih ikut partisipasi meskipun nggak begitu penting.
Kalau ditanya kegiatannya apa selama PPM, kegiatannya faedah semua kok. Ada Saung Ajar, dimana anak-anak SD belajar nari dan perkusi. Ada CTGG a.k.a Cuci Tangan Gosok Gigi yang udah ketebak banget pasti kita bakal sikat gigi bersama. Ada Palapa yaitu kegiatan jualan baju murah yang ntarnya bakal disumbangin. Dan ada juga Workshop bikin selai nanas karena di Subang banyak nanas.
Monster kuman di gigi dan para penyikat gigi |
PPM nya ngambil tempat di Subang di Desa
Sukamelang. Aku tinggal di rumah Pak RW yang ada di kampung tenjolaya dan
sumpah gila itu jauh banget dari mana-mana. Sinyal nggak ada. Kendaraan
terbatas dan dibatasi penggunaannya. Terus keluarga Pak RW semuanya introvert.
Sialnya lagi, kelompok aku yang isinya lima semuanya pendiem. Dan aku juga
anaknya pendiam. Lalu ya sudah. Aku bingung.teman-teman bingung. Pak RW bingung. Bu RW Bingung. Kita
semua saling bingung.
Katanya sih, kita itu diundi ketika milih
anggota kelompok. Tapi kebetulan macam apa yang membuat kita semua, para
manusia-manusia introvert ini ngumpul jadi satu. Hari pertama dihabiskan dengan
canggung dan nggak enakan. Termasuk dengan keluarga dimana kita numpang. Agak
susah dan kesel sendiri. Bukannya lupa sama masalah-masalah yang ingin
ditinggal, malahan ada masalah baru. Yaitu:
“Bagaimana caranya bertahan seminggu dengan
manusia-manusia pendiam ini?”
Tujuan PPM yang tercantum di proposal tuh
kayaknya nggak tercapai buat aku selama PPM. Tujuan aku mah, ya gimana caranya
supaya kita semua akrab. Yang aku lakukan selama PPM adalah berpikir keras
gimana supaya kita ngobrol. Desa kita yang super jauh banget membuat kita nggak
bisa kabur dan cari temen yang udah kita kenal deket, selain itu karena peserta
yang ikut lumayan (sangat) banyak kita jadi punya kesempatan untuk stay di
rumah. Mau nggak mau ya harus akrab sama yang terdekat. Apalagi buat kami yang
di Tenjolaya. Tempatnya super jauh. Jalannya naik turun gunung. Mantap abis.
Gabisa kabur.
Yang bikin aku kaget, akhirnya aku dan
teman-teman jadi deket juga. Dengan usaha lebih akhirnya kita akhirnya ngobrol
dan ceritain aib masing-masing. Cerita soal mantan, pacar, musuh, temen, BEM,
Ketua BEM, mata kuliah, dosen, keluarga, film, drama korea sampai akhirnya
terbongkar aib-aib kita. Dan mulai hari itu ngumpul jadi nggak canggung lagi. Dan
akhirnya ngerasa betah.
Setelah berhasil deket sama teman seposko,
PR buat kita semua adalah gimana caranya ngobrol dengan pemilik rumah. Ini yang
bikin aku, sampai ketika nulis ini pun sedih. Kita nggak berhasil ngobrol sama
Bapak dan Ibu yang rumahnya bersedia kita berantakin. Bukannya kita nggak
mencoba, ya kita udah nyoba. Keterbatasannya ada di bahasa. Bapak Ibu biasa
pake bahasa sunda. Aku nggak bisa. Temen yang lain ngobrol juga, sih. Tapi
entah kenapa kita nggak bisa ngobrol panjang lebar. Ketika mau mencoba ngobrol
sama anaknya pun yaaa susah aja gitu. Aku sendiri ngerti, mereka bukannya nggak
mau. Tetapi mereka memang sudah dari lahir kaya gitu. Ya seperti aku ini lah.
Dan untuk aku sendiri, masalah komunikasi
yang aku alami memang agak bikin repot. Ketika PPM seharusnya kita peka dan
ikut merasakan jadi warga desa, atau bantuin Ibu-bapaknya ngelakuin aneka
kegiatan, aku malah nggak ngapa-ngapain. Aku rasa ini salah aku. Tapi aku pun
udah gatau mau gimana karena mati gaya dan aku jarang liat Bapak-Ibu nya ada di
rumah. Dan aku takut nggak sopan aja. Serba bingung. Dan penuh penyesalan. TBH.
Tapi….
Gimana lagi……
Faedahnya apa aku cerita?
Ada sih.
Ketika kita ambisius untuk sesuatu. Ya
misal, ingin ngerasain kehidupan yang ‘desa banget’ketika PPM. Kenyataan tuh
kadang nggak berjalan lancar. Kadang-kadang nggak semua hal tuh berjalan sesuai
ekspektasi.
Kenapa aku ngomong gitu?
Karena pasti ada aja yang ngerasa PPM nya
nggak sesuai ekspektasi dan kurang ‘ngabdi’. Termasuk aku pribadi juga ngerasa 'ngabdi'nya masih kurang. Namun setelah mikir lagi, mungkin hal kaya
gitu nggak apa-apa. Mungkin tidak semua hal bisa berjalan lancar. Mungkin kita
nggak ke sawah bareng bapak-ibu, kita nggak bisa membuat anak-anak disana
narinya jago dan bisa break dance, mungkin kita nggak bisa bikin perubahan
apa-apa. Tapi aku harap sih, kita inget kalau ada anak acara yang sudah
berusaha bikin acara-acara yang tujuannya juga ‘’ngabdi’. Bukannya pesimis atau
gimana, waktu kita memang terbatas. 7 hari. Bahkan kecambah juga baru tumbuh
beberapa senti meter doang. Kalau kata aku, jangan sedih, jangan kecewa. Memang
kita harus berkaca dan evaluasi, tapi kalau menurut aku yang lebih penting
adalah juga berusaha ngambil faedah dari PPM kemarin sebaik-baiknya. Buat yang
kurang di hari kemarin jadi pelajaran di hari ini.
Ya aku tau aku PPM nya nggak bener. Nggak
banyak bantu Bapak-Ibunya. Nggak pernah berhasil ngobrol sama Hilmi, anak Pak
RW karena doi super pemalu. Dan Cuma sekedar menyapa tetangga tanpa ngajak
ngobrol lebih jauh.
Tapi, untuk aku sendiri aku masih bersyukur
karena bisa berhasil dekat dengan teman-teman seposko dan teman-teman posko
sebelah . Bisa kuat hidup tanpa internet. Bisa masak seadanya. Bisa setidaknya
dari kemarin-kemarin sudah usaha(yang bisa dibilang) mati-matian untuk mencapai
target danus PPM. Jadi, meskipun banyak kekurangan, Alhamdulillah banyak yang
bisa diambil, dan Alhamdulillah banyak yang bisa dijadiin pelajaran untuk jadi
lebih baik di masa depan.
Kayaknya lebih enak kalau kita bersyukur,
tanpa lupa kalau harus bebenah diri.
Dan nggak nyalahin diri sendiri. Sebaliknya
kita harus tetep semangat dan jadi lebih baik setelah mengalami banyak gagal
dan salah.
Itu menurut aku sih,
Nggak tau kalau temen-temen.
Well, kalau aku rasa sih temen-temen wajib
ikut PPM. Seru soalnya.
Rinda~
4 komentar
Tapi emang bener sih biasanya kalo nyeritain aib itu bisa bikin tambah deket wkwkwk.
BalasHapusBtw, tujuan kita mengabdi ke masyarakat juga sebenernya bukan mengubah masyarakat sih kalo menurutku. Karena jarang banget orang bisa berubah karena orang lain. Kedatangan kalian tuh bisa mempengaruhi pandangan mereka terhadap hidup, dan itu aja udah cukup.
Kan takut kebongkar fior XD.
HapusIya bener, mau selama apapun kita dateng dan berkegiatan perubahan tetep datengnya dari diri sendiri :)
Panutanq selalu membanggakan
BalasHapusSedih Tami kenapa tak ikut. Kangen loh :P
HapusMakasih yaa Tami panutan q udah komen, lain kali lebih panjang ya :')