Review Film Ala-Ala : Perempuan Tanah Jahanam (2019)
00.15
Baru pulang nonton
perempuan tanah jahanam.
Langsung saja gue tulis agar supaya apa yang gue rasain bisa
ditulis tanpa ada lupa-lupanya.
Jadi sebenernya gue baru nonton film joko anwar yang
baru-baru aja. Modus Anomali (2012), Pengabdi Setan (2017), Gundala (2019) dan
ini Perempuan Tanah Jahanam (2019). Gue pun baru belajar soal film dan
mengamati film secara lebih detil karena satu film keren berjudul Autopsy of
Jane Doe tahun 2016 atau 2017 awal, tapi sebenernya udah mulai craving dengan
film horror bagus sejak filmnya Upi yang judulnya Belenggu yang mana keren
banget. Jadi kalau belum banyak referensi harap maklum.
Gue memulai suka film dari genre horror. Terkagum-kagum sama
betapa kerennya The Counjuring, serta belenggu yang gue nggak tau itu horror
apa bukan tapi banyak darah, mengantarkan
gue menonton film horor lainnya. Di awal gue mengamati film, film horror
indonesia yang paling oke ya cuman rumah dara sama si belengu itu. Kalau rumah
dara diakui semua orang si belenggu ini kayaknya Cuma gue doang yang tau
diantara anak-anak line 97.
Sampa akhirnya 2017 ada Pengabdii Setan yang membuat gue
bahagia karena bangga ada film indonesia se-keren itu.
Sejujurnya gue nggak punya ekspektasi tinggi soal Perempuan
Tanah Jahanam. Karena kalau dari trailernya, gue ngerasa plotnya nggak jelas.
Ini apa sih maksudnya? Tapi itu juga membuat gue penasaran dan ingin
membuktikan. Bagusan mana sih ini sama Pengabdi Setan?
Secara garis besar, film ini menceritakan tentang Maya yang penasaran dengan asal-usul keluarganya karena berharap bisa dapet warisan. Maya lagi butuh uang, akhirnya mencari keluarganya bersama Dini sohibnya. Nggak bisa cerita banyak-banyak karena mending temen-temen nonton sendiri.
Secara garis besar, film ini menceritakan tentang Maya yang penasaran dengan asal-usul keluarganya karena berharap bisa dapet warisan. Maya lagi butuh uang, akhirnya mencari keluarganya bersama Dini sohibnya. Nggak bisa cerita banyak-banyak karena mending temen-temen nonton sendiri.
Kata-kata yang bisa
menggambarkannya adalah : Intens, rapi, dan kuat.
Dari awal, bahkan sebelum judul keluar, kita selalu disuguhi
teror serta misteri secara bergantian. Kamu takut, tapi kamu penasaran. Meskipun kamu takut nontonnya, kamu nggak
akan mau melewatkan apapun. Dan itu berlangsung selama kamu nonton. Sampai
akhir, perasaan gue nggak karuan tetep antara takut dan penasaran. Tapi in a good
way. Jadi puas banget sih nontonnya.
Dan ini lebih oke, lebih kuat, dan ssangat jauh lebih intens
dari pada Pengabdi Setan.
Kalau kata para aktor film ini menjual cerita, itu betul
banget. Betul banget. Ide yang seperti ini nggak ada dimanapun. Perpaduan
antara cerita mitos lokal yang indonesia banget digabungkan dengan ide yang
brilian. Ceritanya kuat, berkarakter.
Original sih.
Dan ketika kamu punya hal yang “eh ini kok gini?” lo pasti bakal tau jawaban dan alasannya kenapa. Film ini detail banget, semuanya rapi, hampir tanpa cela dan masuk akal. Semua ada maksudnya, semua ada alasannya. Gak ada yang sia-sia.
Ditambah para pemain, utama, atau pun yang Cuma dikit-dikit
doang dialognya, semuanya keren. Natural. Nggak kaku. Terasa nyata. Haduh Bu
Christine bener-bener gila keren nya sampe pengen sungkem. Khususnya di akhir
gue sangat mengagumi betapa Bu Christine bener-bener menyatu dengan karakter.
Udah bukan Bu Christine lagi.
Plus Marissa Anita juga. Gile lu ndro. Luar biasa, terutama ketika dia digantung terbalik. Gue mau
nangis juga pas dia nangis. Tara basro? jangan ditanya sih diamah. Dari awal aja udah keren. Asmara? haduh ini nih demen banget gue karakternya unik. Kalau kata Razak Cine Crib dia jelek kalau akting ngomong, nggak kok dia oke di sini.
Dan kayaknya baru sekali ini nonton film horror bisa baper
dan berkaca-kaca.
Pokoknya film ini
hampir perfect. Kekurangannya hanya satu, menurut gue bahasa jawanya beberaapa
agak kurang natural. Sebagai anak dari keluarga jawa, ada bahasa-bahasa yang
lebih enak dan lebih memasyarakat aja. Bukan berarti bahasanya salah juga.
Dan mungkin ini kekurangan, tapi gue rasa endingnya agak terlalu cepet. Tapi emang dari gundala pun, Joko Anwar suka bikin ending yang lebih padet gitu.
Dan mungkin ini kekurangan, tapi gue rasa endingnya agak terlalu cepet. Tapi emang dari gundala pun, Joko Anwar suka bikin ending yang lebih padet gitu.
Scoring nya oke. Nggak lebay, tapi ada satu adegan dimana Mbak Tara alias Maya malem-malem keluar pager. itu males banget sih. Sisanya, oke.
kalau sinematografi dan kamera, gue nggak ngerti banyak. Jadi ya oke aja sih. Pemiihan tempat buat shooting mulai dari pasar sampe rumah warga, dan ketika adegan pagelaran wayang itu luar bisa nyeni. Pokoknya suka deh.
Oke banget. Bahkan gue pertama kali denger pacar bilang “Wah
bagus ni film” di film ini. Wajib ditonton sama seluruh rakyat penggemar
horror. Supaya bakal ada terus film-film bagus kualitas super kaya Perempuan
Tanah Jahanam.
Ayo langsung cus ke bioskop !
Rinda ~
0 komentar