Review Film Ala-Ala : Srimulat Hil yang Mustahal Babak Pertama
11.15Jargonnya Pak Asmuni ini cukup
merangkum film ini. Sesuai judulnya film ini mampu mewujudkan hil yang mustahal
tersebut. Di tahun 2022 masih saja bahas srimulat? Apa masih relevan? Apa masih
menarik ? Emang bakal lucu? Di tengah film-film komedi yang dimeriahkan dengan
komika film ini ternyata tidak mustahal untuk dicintai penonton dengan komedi
ala srimulat yang slapstick banget.
Tidak tumbuh dan besar bersama Srimulat,
tapi sebagai anak yang born and raise as
Javanese tentu nggak akan asing dengan srimulat. Pasti sekali dua kali ibu
dan bapak pernah bahas srimulat atau ikut sedih ketika personil srimulat wafat.
Meskipun nggak akrab dengan srimulat, aku sebagai anak yang besar di era
2010-an nggak asing sama Opera van Java yang sepertinya komedinya terinspirasi
srimulat. Dan sepertinya sih konsepnya hampir sama. Jadi sebelum nonton aku
merasa sepertinya aku tidak akan kesulitan untuk ‘kena’ sama komedinya.
Awalnya nonton karena lihat promo
dan totalitas semua aktornya. Dari trailernya bener-bener kelihatan kalau aktor-aktornya
nggak becanda di film ini. Aktor di film ini dan karakter aslinya di dunia
nyata bener-bener mirip secara fisik. Bonus, film ini menggunakan Bahasa jawa
hampir di sepanjang film namun, meskipun aktor dan aktrisnya bukan berasal dari
suku jawa Bahasa jawanya terdengar natural dan tidak terasa artifisial. Sebelum filmnya tayang, sudah jatuh cinta
juga sama Bio One sebagai Gepeng yang sangat berdedikasi dan sepenuh hati dalam
menjadi Gepeng. Berat badannya yang
turun drastis pernah trending di twitter, komennya banyak yang nyangka doi
pakai narkoba eh ternyata dia Cuma mau main film. Makanya jadi netijen jangan
julit.
Film ini dibuka dengan jingle khas-nya srimulat dengan instrument gamelan yang dimainkan sekelompok bapak-bapak pakai beskap di depan panggung srimulat, dilanjutkan dengan scene Nunung di atas panggung, kemudian ditunjukan juga antrian penonton yang lagi beli tiket show nya srimulat ada juga beberapa orang yang beli dari calo. Terpukau banget rasanya bener-bener seperti tahun 1980.
Film ini menceritakan awal karir
Srimulat di Ibu Kota. Yang Ikut ke Ibu Kota bukan semua anggota Srimulat,
karena masih awal-awal hanya Tarzan (Ibnu Jamil), Kabul alias Mas Tessy (Erick
Estrada), Nunung (Zulfa Maharani) , Bu Djudjuk (Erika Carlina), Basuki (Elang
El Gibran), Pak Asmuni (Rifnu Wikana), Timbul (Dimas Anggara), Gepeng (Bio One)
si anggota baru, dan kemudian Ana (Naimma Aljufri) plus Bung Paul (Morgan Oey)
nyusul ke Jakarta. Meskipun film ini terasa rame banget karena banyak karakter,
di Srimulat Hil yang Mustahal babak pertama porsi cerita hidup Gepeng lebih
banyak bahkan Cuma kehidupan pribadinya Gepeng yang diceritakan dengan gamblang.
Aku sebagai penonton jadi terikat secara emosional dengan pribadi Gepeng yang
lugu, desa banget, dan gampang insecure.
Film ini, hampir 90% dialognya
berbahasa jawa karena memang di awal karir ibukotanya semua angggota Srimulat
masih kesulitan menggunakan Bahasa Indonesia saat manggung bahkan ada yang gak
bisa Bahasa Indonesia sama sekali. Bahasa Jawa nya sangat well written, plus semua aktornya juga membuat dialog berbahasa
jawa ini jadi hidup dan terasa seperti mereka native speaker Bahasa jawa semua. Sangat natural. Selain aktor-aktor
utama yang bermain dengan oke, aktor pendukung seperti pelukis, mas-mas karyawan
TV dan Dukun di film ini bener-bener mencuri perhatian dan bener-bener lucu
banget! Scene Dukun pas dateng ke kontrakan itu salah satu adegan yang sangat
pecah lucunya. Komedinya sesuai prediksi banyak slapstick dan banyak guyonan khas Srimulat yang dipikir-pikir
sebenenrya nggak lucu tapi entah kenapa pas nonton sukses bikin ketawa
seada-adanya. Satu teater juga ikut ketawa bareng padahal hampir semuanya masih
muda seusia aku kurang lebih.
Ngomong-ngomong, awalnya aku terpikat sama Bio One tapi diluar ekspektasi Elang El Gibran memerankan Basuki dengan sangat-sangat-sangat Briliant! Kaya, kereeennn banget bener-bener nggak nyangka kalau Basukinya mirip banget plus lucu banget :').
Meskipun film ini biopik, tapi
film ini nggak se-lebay yang aku bayangkan. Kalau dibanding biopik-biopik lain
seperti benyamin biang kerok atau warkop DKI Reborn, rasanya film ini lebih
‘ngidak lemah’ kalau kata Pak teguh atau nginjek tanah atau dengan kata yang
lainnya lagi, film ini itu membumi. Meskipun rasanya alurnya agak terpotong-potong,
tapi bukankah Srimulat yang asli juga gitu? Loncat dari set satu ke set yang
lainnya. Aku ngerasa saat nonton film ini seperti nonton srimulat show aja
dalam bentuk film layar lebar. Dan hal itu bukan hal buruk karena sangat bisa dinikmati
dengan menyenangkan.
Kalau bicara kekurangan, tentu
Srimulat Hil yang Mustahal Babak Pertama ini juga punya kekurangan. Salah
satunya adalah nggak ada momen dimana mereka semua shooting di televisi.
Padahal aku menantikan banget adegan itu. Semoga di babak dua ada. Harus ada
sih. Kemudian aku harap Mbak Erika sebagai Djujuk Bahasa jawanya lebih lancar
dan natural lagi. Yang selanjutnya aku rasa Bung paul dan Mbak Ana porsinya
dikit banget bahkan kalau nggak ada pun sepertinya nggak masalah deh.
Tapi secara keseluruhan film ini
oke banget, seru banget, menyenangkan banget, dan sangat layak buat dapet
jutaan penonton. Filmnya bener-bener dibuat sepenuh hati dan dibuat dengan
ke-riang-gembira-an sehingga penonton juga merasakan dedikasi dank e-sepenuh-hati-an
semua yang terlibat di film ini. Aku harap film ini masih akan tanyang beberapa
minggu lagi dan mendapat lebih banyak layar di kota-kota non-suku jawa. Aku di
Bandung dan dibandingkan dengan film lain, Srimulat Hil yang Mustahal ini
layarnya dikit banget. Jangan khawatir karena filmnya berbahasa jawa, karena
ada subtitlenya, kok! Pokoknya, ayo segera nonton film ini karena bener-bener
worth to watch !!
9/10
Rinda ~
0 komentar